Thursday, May 14, 2009

Jonathan Sudharta: With Mensa Values, We Transform Ourself From Nothing To Something

Far away…
This ship is taking me far away
Far away from the memories
Of the people who care if I live or die
Starlight…
I will be chasing the starlight
Until the end of my life…

Demikianlah sepenggal lirik lagu Starlight dari Muse, lagu yang merupakan salah satu lagu favorit pria kelahiran Jakarta, 29 November 1981. Perlahan namun pasti, semakin jauh mengarungi lautan kehidupan untuk memulai suatu perubahan yang pasti. Banyak cerita yang diutarakan oleh sosok pencipta Mensa Value Day ini.

Siapa yang tak kenal dengan Sang Pangeran Menjangan ini ?

Excited, innovative, persistent”. Demikian sang striker Landson ini menggambarkan sosok dirinya. Keyakinan tersebut muncul tak lepas karena pangaruh orang yang sangat dekat dengannya, yaitu sang ayah, Pak Jimmy Sudharta. Bagi sang anak, Pak Jimmy merupakan seseorang yang patut diteladani karena beliau merupakan sosok yang ”from nothing to something”, serta merupakan sosok yang tabah dan tekun dalam menjalani hidup. Pak Jimmy banyak memberikan tempaan, paksaan, bimbingan dan arahan dalam segala aspek kehidupan Pak Jonathan. Banyak hal yang dipelajarinya dari sang ayah.

Pak Jonathan juga mengagumi gaya hidup Donald Trump yang glamour, namun di sisi lain Donald Trump juga seorang master of branding, seorang visioner yang bisa menjadi eksekutor, dan juga seorang yang pernah ‘jatuh’ namun bisa ‘bangkit’ menjadi lebih tinggi.

Perjalanan Karir

Penggemar film Seven dan Troy ini bersekolah SD dan SMP di Jakarta, dan melanjutkan studi di Perth–Australia sampai kuliah. Beliau mengambil jurusan E–Commerce Marketing. Dan saat ini beliau menduduki jabatan sebagai Commercial Director di Landson di usianya yang masih terbilang sangat muda. Namun untuk sampai pada posisi tersebut, ternyata tidak mudah dan harus menempuh perjalanan panjang yang berliku–liku.

Sebenarnya karir pertama penggemar musik rock ini sudah dimulai sejak masih duduk di bangku kuliah. Berawal sebagai anak band yang coba melamar untuk bermain di cafécafé setempat, tetapi tidak ada satu pun yang bersedia menerima Dan akhirnya, bersama dengan dua band lain asal Indonesia yang mengalami nasib serupa, mereka memutuskan untuk membuat acara sendiri yang menampilkan ketiga band yang tidak terkenal tersebut sebagai pengisi acara. Ternyata acara ini sangat sukses dan penonton yang datang lima kali lipat dari yang ditargetkan.

Dari keuntungan acara tersebut mereka kembali mengadakan acara–acara serupa dan kembali mencetak sukses, sampai pada akhirnya mereka mendirikan suatu organisasi kecil dengan nama SUB Production dengan Pak Jonathan berperan sebagai Commercial Director. Usaha ini pun cepat berkembang dan mulai merambah ke radio, koran, film, dan menjadi promotor yang mendatangkan artis Indonesia. Salah satu film garapannya yang pernah cukup sukses yaitu Pelangi Di Atas Prahara.

Setelah lulus kuliah di tahun 2005, dan kembali Ke Indonesia, Pak Jonathan tidak lagi melanjutkan karirnya di SUB Production. Setelah melewati berbagai perenungan yang panjang akhirnya beliau mulai memasuki bisnis yang telah dirintis oleh sang Ayah, tapi dengan satu tekad bahwa dia tidak akan memasuki bisnis ini sebagai son of the owner. tetapi akan meraihnya dengan kerja keras dan pembuktian untuk menjadi seorang profesional.

Perjalanan karir profesionalnya dimulai sebagai Management Trainee di Menjangan Sakti. Si penyuka ayam goreng ini ditempatkan di gudang di Tanjung Priok. Disanalah beliau mengalami suatu kejadian yang mengajarkan padanya tentang hidup, yang menjadi titik balik yang sangat penting dalam hidupnya. Belajar bagaimana bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya dan akan selalu berusaha untuk menggunakan semuanya semaksimal mungkin, baik materi, fisik, tenaga, kepintaran dan semangat.

Setelah beberapa kali dirotasi di Menjangan Sakti, Bos Jon lalu pindah bekerja ke OTTO dan menjadi Medical Representative (MR). Bahkan sampai pernah mengikuti pelatihan untuk para MR selama 1 bulan dengan identitas palsu. Fans grup band Radiohead ini terpilih menjadi ketua tim, menjadi ketua kelas dan berhasil lulus dengan nilai terbaik di angkatannya. Masa–masa di OTTO ini dianggap oleh beliau sebagai ‘fase penggemblengan’, karena di fase inilah beliau banyak sekali belajar tentang dunia farmasi.

Pak Jonathan juga mulai menggeluti dunia Business Development (BD) untuk corporate untuk memperluas bisnis Mensa Grup. Namun tak lama kemudian, pada awal tahun 2007, Pak Jonathan diminta untuk bergabung di Landson menggantikan pimpinannya yang pada saat itu hengkang. Beliau langsung diangkat sebagai Commercial Director.

Dalam keadaan Landson yang sedang mengalami masa kelam, karena ditinggal para panglima terdahulu dan 30an prajuritnya, bersama dengan ”Dream Team” nya Saat itu ( Pak Hoesing, Pak Eko, Pak Chrisno, Pak Johan dan Pak Sugi) Pak Jonathan bahu membahu berusaha untuk tetap bertahan. Beliau mengaku sangat tertekan di hari pertama memimpin. Bagaimana seorang anak muda dengan pengalaman yang belum banyak harus memimpin + 500 karyawan ? Namun dengan keteguhan hati beliau terus berusaha untuk bertahan. Hingga 6 bulan pertamanya menjabat, target selalu tercapai 100%. Disitulah kepercayaan dirinya tumbuh. Beliau mulai yakin bahwa langkah yang diambilnya selama ini sudah benar.

Ada satu quote yang menarik yang diutarakan Pak Jonathan,

Orang yang punya mimpi tapi tidak bisa melaksanakannya adalah percuma, dan sebaliknya orang yang hanya bisa melaksanakan tapi tidak punya mimpi juga tidak akan pernah bisa BESAR”.




1 comments:

Anonymous said...

salut dgn kerja keras dan dedikasinya...4 thumbs up..

Post a Comment

 
speedbloggertemplate.co.cc. Powered by Blogger.com